Jumat, 03 Desember 2010

APA BEDANYA ILHAM DENGAN HIKMAH.??

Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam
hafizhahul lah berkata dalam “Al-
Inqadz ” hal. 19: Membedakan
antara ilham yang terpuji dan was-
was syaithan adalah perkara yang
penting yang selayaknya untuk
dipahami. Allah berfirman tentang
jiwa manusia,
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا * فَأَلْهَمَ هَا
فُجُورَهَا وَتَقْوَاه َا
“Dan jiwa serta penyempurn aan
(ciptaann) nya. Maka Allah
mengilhamk an pada jiwa itu
(jalan) kejelekan dan ketakwaann
ya. ” ( Asy-Syams : 7-8) Ibnu
‘Athiyah berkata dalam “Tafsir”ny
a ( 15 /371) : “Dan makna firman
Allah “Maka Allah mengilhamk an
pada jiwa itu (jalan) kejelekan”
yaitu mengabarin ya jalan
kejelekan itu dan menjadikan
baginya kekuatan yang
dengannya bisa menempuh jalan
kejelekan atau menempuh jalan
ketakwaan. ” Ilham jiwa kepada
takwa itulah ilham yang terpuji dan
ilham jiwa kepada kejelekan itulah
ilham yang tercela. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah berkata dalam
“ Majmu’ Al- Fatawa” (17 /529) :
“Maka jadilah perbedaan antara
ilham yang terpuji dengan was-was
yang tercela adalah berpatokan
pada Al- Kitab dan As-Sunnah. Jika
yang diilhamkan pada jiwa
merupakan perkara yang
ditunjukka n oleh Al-Kitab dan As-
Sunnah bahwa hal itu adalah
ketakwaan kepada Allah maka hal
itu adalah ilham yang terpuji. Dan
jika perkara itu adalah yang
ditunjukka n (oleh Al-Kitab dan As-
Sunnah) bahwa hal itu adalah
kejelekan maka hal itu merupakan
was-was yang tercela. Inilah adalah
perbedaan yang paten yang tidak
bisa ditolak. ” Dari keterangan di
atas kita mengetahui bagaimana
cara menentukan apakah ini was-
was atukah ilham yang baik. Yaitu
dengan mengukurny a dengan al-
Qur'an dan sunnah. Jika yang
terbisikka n itu merupakan perkara
yang dinyatakan al-Qur' an dan
sunnah sebagai kebaikan maka
itulah bisikan kebaikan, jika yang
dibisikkan itu merupakan perkara
yang dinyatakan sebagai
kejelekan maka itulah bisikan
kejelekan yang berarti was-was.
Jadi ukurannya adalah disandarak
an kembali pada Al-Qur'an dan
sunnah. Kemudian Asy-Syaikh
hafizhahul lah berkata pada hal.
22 : Saudaraku, syaithan berusaha
untuk meragukan kaum mukminin
dari keimananny a melalui jalan
was-was yang berbeda-be da.
Maka syaithan terkadang
membuat kejelekan tampak bagus
bagi mereka dan membuat
kebaikan tampak jelek, terkadang
membuat kaum mukminin lupa
terhadap kebaikan dan
mengingatk an pada kejelekan,
terkadang menakut-na kuti
mereka sehingga tidak mau lagi
berada pada kebaikan, dan
terkadang membisikka n pada
mereka keraguan, dan persangkaa
n yang menjadikan mereka berada
pada perkara yang samar dan
tidak jelas. Dan was-was syaithan
kepada kaum mukminin itu tidak
terbatas pada perusakan kaum
mukminin dalam hal kejelekan dan
menjauhkan mereka dari jenis
kebaikan saja. Bahkan was-wasnya
itu umum mencakup seruan
kepada kekufuran, kefasikan dan
pembangkan gan. Ini adalah
isyarat akan gigihnya usaha
syaithan untuk menyesatka n
kaum mukminin.
hikmah, sebuah kata yang
memiliki begitu banyak sudut
pandang dalam pengartian nya.
Kebanyakan dari kita merasa
sangat perlu mengambil hikmah/
pel ajaran dari hal-hal buruk yang
menimpa diri kita, karena dengan
cara itu paling tidak kita
menemukan sisi positif dari hal
buruk yang menimpa kita sehingga
sedikit terhibur dan mengurangi
kesedihan yang hinggap dalam
hati. Namun ternyata hikmah jauh
lebih luas dari itu, Al Hafidz Ibnu
Katsir rahimahull ah meriwayatk
an dari Ibnu ‘Abbas radhiyalla hu
anhuma secara marfu’ bahwa yang
dimaksud dengan al hikmah adalah
pengetahua n tentang Al Quran,
ayat nasikh mansukhnya , ayat
muhkam dan mutasyabih nya, apa
yang dihalalkan dan yang
diharamkan , dan contoh-con
tohnya. Bila disederhan akan
pendapat ulama di atas, hikmah
adalah sejauh mana kita
memahami ajaran agama yang
kita yakini, sejauh mana kita
mempelajar i isi dari kitab suci yang
kita percayai dan sejauh mana kita
menggunaka n pemahaman
tersebut ketika menghadapi proses
kehidupan. kebanyakan dari kita
mengambil hikmah hanya ketika
kita dalam posisi sulit dalam hidup.
Namun bila kita pahami pendapat
ulama di atas, ternyata hikmah
juga harus kita cari dan temukan
dalam kondisi-ko ndisi yang
menyenangk an dalam proses
kehidupan kita. Tidak lain dan tidak
bukan karena hikmah akan
semakin mudah kita dapatkan
ketika kita rajin melatihnya , tidak
hanya ketika kita mengalami
kesulitan tapi juga ketika kita diberi
kelapangan oleh Allah, sehingga di
lain waktu ketika kita mendapatka
n kesulitan maka hikmah
dibaliknya dapat dengan segera
kita deteksi, yang kemudian
diharapkan membuat kita lebih
jernih dalam berfikir dalam
mengatasi masalah tersebut dan
tentunya dalam koridor ilmu ke-
Islaman yang sesuai dengan Al-
Quran dan Hadits. Bila demikian
yang terjadi InsyaAllah derajat kita
dimata Allah SWT.
"Barangsia pa yang mendatangi
dukun peramal (kahin), maka
sungguh dia telah kufur kepada
apa ( Al Qur'an) yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad
Shalallahu 'Alaihi Wasallam"
Rasulullah sendiri tidak mampu
meramalkan yang gaib, yang akan
terjadi pada dirinya. Allah
berfirman : " Katakanlah aku tidak
berkuasa menarik kemanfaata n
bagi diriku dan tidak pula menolak
kemudarata n, kecuali yang
dikehendak i Allah. Dan sekiranya
aku mengetahui yang gaib,
tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak- banyaknya dan aku
tidak akan ditimpa kemudaratan.
Aku tidak lain hanyalah pemberi
peringatan , dan pembawa berita
gembira bagi orang-oran g yang
beriman." - Al-A'raaf ; 7 : 188 kalau
di jakarta ada ulama yang
mengajari ilmu hikmat saya belum
pernah dengar/atau tahu.tapi bisa
mengetahui / meramal seseorang.
menurut saya.tak mungkinlah .
wallohu'la m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar