Jumat, 03 Desember 2010

FIRASAT ITU APA.??

“ Hati- hatilah dengan firasat orang
yang beriman, karena dia melihat
dengan cahaya Allah “ ( HR Tirmidzi
dengan sanad lemah ,dalam Al
Sunan, Kitab : Tafsir, Bab : Tafsir
surat Al Hijr ( hadits 3127 ) Firasat ,
kalau kita kaji dengan teliti,
ternyata terdapat di dalam ajaran
Islam. Dalilnya, selain hadits di atas,
adalah beberapa ayat Al Qur’an
yang menyentuh masalah firasat
tersebut, diantarany a adalah
firman Allah: إن في ذلك لآيات
للمتوسمين “ Sesungguhn ya
pada peristiwa itu terdapat tanda-
tanda bagi orang – orang yang “ Al
Mutawassim in “ ( QS Al Hijr : 75 ) Al
Mutawasimi n menurut pengertian
ulama adalah orang-oran g yang
mempunyai firasat, yaitu mereka
yang mampu mengetahui suatu
hal dengan mempelajar i tanda-
tand anya. Sebagaiman a firman
Allah : ولو نشاء لأريناكهم
فلعرفتهم بسيماهم “
Sekiranya Kami kehendaki, niscaya
Kami tunjukkan mereka
kepadamu, sehingga kamu benar-
benar mengetahui mereka dengan
tanda- tandanya “ ( Qs
Muhammad : 30 ) Allah juga
berfirman : يحسبهم الجاهل
أغنياء من التعفف تعرفهم
بسيماهم “ Orang – orang yang
bodoh menyangka mereka adalah
orang kaya, karena mereka
memelihara diri dari meminta-
minta , kamu mengetahui mereka
dengan tanda- tandanya “ ( QS Al
Baqarah : 273 ) Walaupun hadits di
atas sanadya lemah, namun
makna dan artinya tidak
bertentang an dengan ajaran
Islam . Banyak hal yang
membuktika n bahwa orang yang
beriman mampu memandang
sesuatu dengan tepat dan akurat.
Karena Allah memberikan
kekuatan kepada orang yang
beriman kepada-Nya , yang mana
hal itu tidak diberikan kepada
orang lain. Kekuatan yang
diberikan Allah tersebut, tidak
hanya terbatas kepada cara
memandang, melihat,
memutuskan suatu perkara
ataupun mencarikan jalan keluar.
Akan tetapi, kekuatan tersebut
mencakup seluruh aspek
kehidupan ini. Orang yang beriman
mempunyai kelebihan kekuatan
dalam bersabar menghadapi ujian
dan cobaan, karena dia yakin
bahwa hanya Allah-lah yang
mampu menyelamat kan dan
memberikan jalan keluar dari ujian
tersebut, sekaligus berharap dari
ujian tersebut, bahwa dia akan
mendapatka n pahala di sisi-Nya
dan akan menambah ketinggian
derajatnya di akherat kelak.
Apalagi tatkala dia mendengar
hadits yang menyatakan : “ Jika
Allah mencintai hamban-Nya ,
niscaya Dia akan mengujinya“,
tentunya , dia akan bertambah
sabar , tabah dan tegar. Di dalam
peperangan , orang yang
berimanpun mempunyai stamina
dan keberanian yang lebih, karena
mati syahid adalah sesuatu yang
didambakan . Mati mulia yang
akan mengantark annya kepada
syurga nan abadi tanpa harus
dihisab dahulu. Belum lagi nilai jihad
yang begitu tinggi, yang
merupakan “ puncak “ ajaran
Islam, suatu amalan yang kadang,
bisa menjadi wasilah ( sarana )
untuk menghapusk an dosa-dosan
ya, walaupun dosa tersebut begitu
besar, seperti yang dialami oleh
Ibnu Abi Balta ’ah seorang sahabat
yang terbukti berbuat salah,
dengan membocorka n rahasia
pasukan Islam yang mau
menyerang Makkah. Ke- ikut
sertaannya dalam perang Badar,
ternyata mampu menyelamat
kannya dari tajamnya pedang
Umar ibnu Khottob. Dalam bidang
keilmuan, tentunya keimanan
seseorang mempunyai peran yang
sangat urgen di dalamnya. Masalah
keilmuan ini ada kaitannya dengan
masalah firasat, yang merupakan
pembahasan kita kali ini. Allah
berfirman : واتقوا الله
ويعلمكم الله “ Dan bertaqwala
h kamu kepada Allah, dan Allah
mengajarim u “ ( QS Al Baqarah :
282 ) Ayat di atas menunjukan
bahwa barang siapa yang
bertaqwa kepada Allah, niscaya
Allah akan mengajarin ya
( memberikan ilmu
kepadanya ).Kalau orang – orang
awam sekarang menyebutny a
dengan “ Ilmu Laduni “ , yaitu ilmu
yang diberikan Allah kepada
seseorang tanpa melalui proses
belajar, yang wajar dilakukan
orang. Hakekat Ilmu Laduni ini
sudah kita terangkan pada
pembahasan sebelumnya .
Di sana juga, terdapat hadits yang
mendukung ayat di atas, yaitu
hadits yang berbunyi : “ Barang
siapa yang mengajarka n Al
Qur ’an , niscaya Allah akan
mengajarka n sesuatu yang belum
ia ketahui “ Artinya : Mengajarka n
Al Qur’an adalah salah satu dari
kegiatan yang menambah
ketaqwaan atau keimanan
seseorang kepada Allah, sehingga
dengan amalan tersebut Allah akan
membalasny a dengan
mengajarka n kepadanya sesuatu
yang ia belum mengetahui nya.
Salah seorang sahabat Nabi
Muhammad saw pernah berkata : “
Seorang yang alim melihat fitnah
( kekacauan dan sejenisnya
sebelum datang, sedang orang
yang jahil melihat fitnah setelah
terjadi “ . Maksudnya , bahwa
orang yang alim ( tentunya disertai
dengan keimanan dan ketaqwaan
kepada Alah ) mempunyai firasat
atau pengetahua n akan sesuatu
yang akan terjadi, sedang orang
yang bodoh dan tidak bertaqwa
kepada Allah , tidak mengetahui
nya kecuali setelah peristiwa
tersebut terjadi. Ini bukan berarti
sang alim tadi mengetahui hal- hal
yang ghoib dengan begitu saja,
akan tetapi artinya bahwa dia
mengetahui nya dengan tanda-
tanda ( firasat ) yang telah
diberikan Allah kepadanya, atau
tanda-tand a tersebut telah
disebutkan Allah di dalam kitab
suci-Nya dan hadits nabi-Nya.
Beberapa Contoh Firasat yang
benar Sekedar contoh, bahwa
seorang alim akan mengetahui
runtuhnya suatu bangsa, atau
terjadinya malapetaka mengerikan
yang akan menimpa pada suatu
tempat, dengan melihat tanda-
tandanya, seperti menyebarny a
perzinaan dengan cara yang
terang-ter angan, merebaknya
perbuatan liwath atau homosex,
semaraknya riba di bank- bank
dan di pasar- pasar, serta
perbuatan –perbuatan sejenis,
yang kesemuanya itu akan
mendatangk an murka Allah dan
mengakibat kan turun adzab dari
langit. Penyakit “ AIDS ” , yang
sampai sekarang belum ada
obatnya, merupakan bukti nyata
akan statement di atas. Di tambah
muncul wabah baru yang
mengerikan dan pemburu nyawa
yang ditakuti oleh semua orang,
yaitu wabah “ SARS “ yang
membuat kalang kabut negara-
negara maju. Terakhir penyakit ini,
malah menyerang tentara Amerika
yang menjajah Irak. Terpurukny a
bangsa- bangsa yang ada adalah
akibat jauhnya mereka dari ajaran
Islam , termasuk di dalamnya
negara Indonesia, yang terus–
menerus mengumbar kemaksiata
n, meraup harta- harta hasil korupsi
dan menebar kejahatan riba serta
memerangi Islam dengan terang-
terangan. Dan sebentar lagi adalah
negara Amerika Serikat yang
sedang sekarat dan terpuruk
dengan berbagai persoalan dalam
dan luar negri . Negara ini konon
telah memberikan lampu hijau bagi
kaum homosex untuk
mempraktek an kebejatann ya, ini
adalah salah satu indikasi bagi “Al-
Mutawa ssimin “ ( orang – orang
yang mempunyai firasat ) bahwa
negara tersebut telah berada pada
jurang kehancuran . Allahpun
sebenarnya telah memberikan
contoh ilmu firasat ini dengan
sangat jelas , sebagaiman a yang
tertera pada ( Q.S Al Hijr, ayat :75)
diatas. Alur pembicaraa n ayat
tersebut, ternyata berkenaan
dengan peristiwa atau kemaksiata
n yang di lakukan oleh kaum Luth,
suatu bangsa yang pertama kali
mengajarka n “ homosex “ kepada
manusia, sehingga di hukum oleh
Allah dengan dibaliknya kota
Soddom dan dihujani dengan batu-
batu besar. Sesungguhn ya hal itu
terdapat tanda- tanda bagi orang –
orang yang mempunyai firasat.
Tanda- tanda ( firasat ) yang
digunakan oleh seorang yang alim
untuk mengetahui sebuah
peristiwa, bukan hanya berupa “
fahisah “ ( kemaksiata n seperti
zina dan sejenisnya ) saja, akan
tetapi tanda-tand a itu bisa juga
berupa penyelewen gan dari
manhaj Al Quran secara umum dan
penyelewen gan dari disiplin ilmu
yang benar, walaupun kadang,
penyelewen gan tersebut
dilakukan dengan tidak sengaja,
seperti : tidak adanya amar ma ’ruf
dan nahi mungkar didalam suatu
masyarakat , atau bahkan ada
perbuatan amar ma ’ruf dan nahi
mungkar, tetapi tidak dilandasi
dengan ilmu syar ’I yang
benar .Kita lihat umpamanya, Bani
Israel mendapatka n laknat dan
adzab dari Allah karena mereka
meninggalk an Amar Ma ’ruf Nahi
Mungkar. Bahkan kesalahana n
seorang pemimpin dalam berijtihad
pun bisa dijadikan tanda bagi orang
yang mempunyai firasat bahwa
hal itu akan menyebabka n
malapetaka . Inilah salah satu
bentuk firasat yang dimiliki oleh
Ibnu Umar ra, ketika melepas
Husein bin Ali ra – walaupun
dengan sangat berat hati –
berangkat ke Iraq untuk
memenuhi ajakan penduduk Iraq
yang ingin membai ’atn ya jadi
kholifah , beliau berkata kepada
Husein bin Ali ra: “ Saya menitipkan
mu kepada Allah , wahai orang
yang akan terbunuh “.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar